Jumat, 21 Oktober 2011

Ikhlas yang Sesungguhnya

Aku mengenal beliau ketika umurku msh berusia 6 tahun,saat itu kami menempati rumah tepat bersebelahan dgn rumah beliau..Beliau..hmm..biasanya sebutan itu untuk orang yg kita hormati,,ya memang betul,beliau bukan hanya aku hormati namun sekaligus kukagumi..
Kepadanyalah aku belajar bagaimana memberi itu bukan sesuatu yang luar biasa..
Beliau bekerja sbg dosen Farmasi di PT ternama di Makassar, suaminya telah berpulang belasan tahun yg lalu,apakah ia sendiri? Tidak. Ia mengadopsi 2 orang anak yg masih terhitung kemenakan sendiri, bukan hanya itu, ia juga menampung belasan pemuda, yang sama sekali tak ada hubungan darah dengannya untuk tinggal di rumahnya, ada yang dari Jawa, Mataram, Bali dan Bugis, di sediakan makan, minum, bahkan kamar, itu semua..gratiss! tak perlu mengeluarkan kocek dalam-dalam seperti sekarang.
Pernahkah ia mengeluh? Hohoho..tdk pernah..selama 10 thn bertetangga dgn beliau, tidak pernah aku melihat ia marah, berbicara kasar apalagi menyindir pemuda-pemuda itu. Padahal kalo dipikir, biaya untuk mereka tidak sedikit, lho..! Dalam sebulan ia membeli beberapa karung beras,dll. Apalagi tau kan nafsu makan anak muda gimana?
Ia begitu bersahaja,tak pernah berpakaian mewah, tapi begitu anggun ia melangkah menuju mobil scarlett kesayangannya. Senang menonton donald Bebek, atau kalau ada waktu senggang menerjemahkan PR bahasa Inggrisku, kadang kami berempat dgn kemenakannya bermain kartu..
Ibu..begitu kami, aku dan pemuda-pemuda itu memanggilnya. Ia juga sangat ikhlas, itu aku tahu ketika suatu hari,salah seorang anak muda yg tinggal di rumahnya meminjam mobil scarlettnya. Malang, mobil itu menabrak sesuatu yg membuat bumper depannya ringsek. Ketika ibu tahu, ia segera memberikan uang ke pemuda itu untuk memperbaikinya di bengkel. Beberapa bulan kemudian, kembali pemuda yang sama meminjam mobil ibu, ia tetap memberikannya..Tak ada kata "Jangan dirusakkan lagi, ya!" atau "Enak banget, emangnya kamu yang biayai? ongkosnya mahal tau!!" Ia hanya memberi tanpa komentar. Pun tak pernah bercerita tentang kebaikan-kebaikan yang telah ia lakukan, keberhasilannya menguliahkan anak angkat dan beberapa kemenakannya. Dan satu lagi, ia tak pernah meninggalkan sholat. Pada saat orang sibuk menyiapkan pesta pernikahan, salah satu pemuda 'rumah' di rumahnya, ia tetap sholat pd waktunya, ya... ia memang hebat..
Satu lg kejadian yg aneh bagiku..Tepat tengah malam,omku yg kebetulan tidur di ruang tamuku terbangun karena ada cahaya yang begitu menyilaukan mata memancar di rumah ibu, paginya ketika om bertanya ke beliau tentang kejadian semalam, beliau berkata bahwa ketika beliau ingin sholat tahajud di ruang tengah, beliau melihat ada orang yang sholat di depannya, ketika om menanyakan tentang cahaya itu, ia hanya terdiam. Lalu kisah itu berlalu begitu saja tanpa ada bahasan lebih lanjut. Secara, mungkin aja itu malaikat kan?! Wallahu A'lam..
Ibu..! sudah 13 tahun kita tak bertemu, kini pemuda-pemuda itu telah pergi, kebanyakan jadi "orang", kebanyakan mereka pun tak pernah lagi mengunjungi beliau.. Sakit hatikah beliau..? Sekali lagi jawabannya tidak!
Beliau menganggap memberi adalah sesuatu yang biasa, memberi adalah sesuatu yg tidak perlu dibesar-besarkan, apalagi sampai dicerita di setiap kesempatan hanya untuk mengharap decak kagum dari si pendengar. Mungkin beliau tahu bahwa cukuplah Yang Di Atas mengetahuinya, cukuplah Allah saja yang menilainya. Beliau sejatinya adalah orang bebas dalam arti yang sebenarnya. Beliau tidak hidup dari penilaian orang, tidak hidup dari pendapat orang lain. Ya..! Beliau adalah wajah keikhlasan yang sebenar-benarnya...

Sumber: Ernawati Gaffur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar